Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Inilah Lembaga Pesaing Berat Bagi Pondok Pesantren

Inilah Lembaga Pesaing Berat Bagi Pondok Pesantren

MEDIA LITRASI - Setiap lembaga pendidikan tentu melakukan promosi untuk meraup pelajar, meskipun antar lembaga tidak ada kesan perlombaan untuk menyatakan terbaik dalam konotasi bersaing namun dalam praktiknya setiap lembaga selalu bereksistensi berupaya menawarkan program pendidikan dalam meraih kepercayaan publik masyarakat.

Lembaga pendidikan pesantren juga demikian, melakukan promosi diberbagai wadah seperti media cetak dan media online didalamnya tertera penawaran program unggulan untuk meraup santri baru.

Melalui artikel singkat ini, penulis ingin membuka pemikiran bagi pengelola, penggiat dan pemerhati lembaga pendidikan pondok pesantren untuk peka pada perkembangan zaman yang harus terintegrasi pada lingkungan belajar santri pesantren

Lembaga Pesaing Pondok Pesantren

Dapat diartikan bahwa upaya promosi antar lembaga merupakan persaiangan, setiap lembaga itu bersaing meraup kepercayaan publik masyarakat, sama-sama menunjukkan keunggunlan masing-masing. 

Ini bukan tentang persaingan antar pesantren, artikel ini tidak membahas perihal tersebut, tapi ini tentang lembaga pendidikan islam yang berpotensi besar menyaingi integritas pondok pesantren.

Pase : I (Sekolah Islam Terpadu SIT)

Di era tahun 2003 telah muncul lembaga Sekolah Islam Terpadu atau biasa disingkat dengan SIT, yang menawarkan sistem pendidikan fullday school, kategori lembaga ini adalah swasta yang dikelola yayasan, sama halnya dengan lembaga pendidikan formal di pesantren modern dan terpadu,

Islam Terpadu merupakan brand yang dimiliki organisasi Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) Indonesia, setiap sekolah yang berdiri menggunakan Islam Terpadu harus melakukan registrasi kepada JSIT Indonesia, kendatipun demikian sangat banyak sekolah swasta yang tidak patuh, mendirikan sekolah dengan menggunakan nama Islam Terpadu tanpa mendaftar kepada JSIT sebagai pemilik brand.

SIT umumnya dalam satu yayasan memliki tingkatan pendidikan terdiri dari : TK IT, SD IT, SMP IT dan SMA IT. 

Sebagaimana yang dilansir oleh Media Republika, menyatakan bahwa Lembaga SIT menjadi salah satu lembaga pendidikan islam yang mendapat sambutan luas dari masyarakat muslim Indonesia. mampu meraup kepercayaan publik sehingga jumlah SIT pada saat ini telah mencapai 2.418 unit sekolah yang tersebar di berbagai daerah wilayah indonesia.

Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Ahmadi Lubis (2018) Sekolah Islam terpadu dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia, ahmadi menyatakan Kehadiran Sekolah Islam Terpadu dengan kurikulum integrasinya merupakan fenomena baru bentuk sistem pendidikan islam di Indonesia.

Kurikulum yang tergabung pada Sekolah Islam Terpadu, yaitu kurikulum nasional Kemendikbud, kurikulum ke-IT-an (pengayaan pendidikan agama), dan kurikulum global. "Kurikulum global di sini mencakup materi tambahan seperti pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Arab yang diberikan kepada setiap siswa sejak dini.

Adapun standar yang diterapkan diantaranya mencakup beberapa standar yang telah ditetapkan meliputi standar isi (SI), standar kompetensi kelulusan (SKL), standar pengelolaan, standar keuangan, standar sarana dan prasarana, serta standar tenaga pendidik. selain itu IT juga menetapkan standar Pendidikan Agama Islam (PAI), standar Kerja Sama, dan Standar Pembinaan Kesiswaan.

Peran SIT sangat signifikan, dapat dikatakan menutupi kekurangan yang terjadi di pondok pesantren seperti layanan komunikasi dan layanan konsumen. Guru pendidik disekolah IT sangat cakap dan open mind kepada wali muridnya, mereka membangun komunikasi yang solid dan selalu menginformasikan kepada wali murid setiap perkembangan peserta didik serta melibatkan wali murid di berbagai program kegiatan internal sekolah

Publik masyarakat kelas menengah keatas yang sudah terkontaminasi pemikiran negatif terhadap pesantren, timbul kekhawatiran untuk menyekolahkan anak di lembaga pondok pesantren, akhirnya lembaga fullday school seperti Sekolah Islam Terpadu menjadi pilihan alternatif. Dimana mereka (orangtua) cukup mengantar anak disaat berangkat kerja dan menjemputnya sepulang kerja

SIT juga memanuver situasi dengan menyediakan armada angkutan kepada pelajarnya, pelayanan bagi wali murid yang mendapati kendala mengatar menjemput anak mereka, selanjutnya SIT mennawarkan pendidikan sistem boarding school (asrama) layaknya pondok pesantren.

Pelayanan dan keupuasan konsumen adalah prioritas, makanya tidak heran masyarakat banyak memilih SIT meskipun harus mengeluarkan biaya yang sangat besar, terlebih lagi SIT mengedepankan penguasaan hafalan Al-Qur'an yang pada masa ini menjadi program paling diminati orangtua.

Pase : II (Sekolah Islam Karakter SIK)

Setelah pesatnya Sekolah Islam Terpadau di Indonesia, pada tahun 2013, lahirlah lembaga pendidikan islam model baru yaitu SIK : Sekolah Islam Karakter, tampil sebagai sekolah yang memiliki branding karakter (character basic)

Sekolah Islam Karakter merupakan sebuah gagasan yang menjunjung nilai-nilai karakter pada praktik akademiknya, gagasan ini mucul beranjak dari gejolak penerapan kurikulum baru yang disebut Kurikulum 2013 (K.13) sebagai penggantin kurikulum 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Hampir seluruh lembaga pendidikan di indonesia membicarakan "karakter" disibukkan dengan pelatihan dan seminar tentang Kurikulum Karakter

Sekolah Islam Karakter lahir tepat pada waktunya, disambut baik oleh masyarakat dengan menyekolahkan anaknya di lembaga berlabel IK (Islam Karakter). Tingkatan pendidikan dalam Sekolah Islam Karakter sama halnya dengan Islam Terpadu, dimulai dari TK sampai SMA (TK IK, SD IK, SMP IK dan SMA IK) dan beberapa lembaganya sudah menerapkan sistem boarding school (asrama)

Pase : III (Sekolah Islam Etika SIE)

Sekolah Islam Etika (SIE) dimasa kini menjadi idola masyarakat kelas atas, sekolah bonafi ini dianggap sekolah model baru, namun sebenarnya sekolah ini merupakan pengembangan dari Sekolah kepribadian yang pernah didirikan di indonesia oleh Indayati Oetomo pada tahun 1985. menerapkan kurikulum yang sudah terintegrasi berupa teori sebesar 40% dan praktik 60%.

Begitu juga dengan Sekolah Duta Bangsa lahir dari gagasan Mien Uno dan Drg. menawarkan program penguatan pendidikan karakter mulai dari sikap tubuh, etika berbusana, etika makan dan etika berkomunikasi.

Selanjutnya Lembaga Pendidikan Ratih Sanggarwati (LPRS) yang memberikan pelayanan program utama terdiri dari program citra pribadi, optimalisasi diri, kemampuan berbicara, kegiatan outdoor, bahasa Arab dan Mandarin serta mengajarkan cara pergaulan dan tata busana Islami, etika berkomunikasi, kepercayaan diri, riasan wajah di atas panggung serta pemahaman tentang agama Islam.

Lembaga-lembaga tersebut menjadi cikal bakal berdirinya Sekolah Islam Etika (SIE), sesuai dengan namanya SIE mengedepankan  praktik etika (adab dan akhlak) dalam islam. Pada proses akademiknya SIE dianggap unik, berbeda atau tidak biasa bagi sekolah formal pada umumnya, karena lebih banyak berada di arena outdoor atau ruang kerja dan praktik lapangan dibandingkan ruang kelas, selain itu SIE juga mengajarkan peserta didiknya pemanfatan teknologi serta pemahaman politik.

Belum ada panduan yang dapat dibaca terkait program akdemik yang diterapkan Sekolah Islam Etika ini, namun kenyataannya sekolah ini sangat laris dan diminati banyak masyarakat, meskipun biayanya memiliki level yang tinggi.

Bagaimana Dengan Lembaga Pesantren..?

Pondok pesantren yang pada historinya menjadi banteng pertahanan aqidah ummat islam. Jumlah Pondok Pesantren terus bertambah, pembangunan dan pendirian pondok pesantren terus dilakukan diberbagai daerah namun tidak semua mampu mempertahankan esksistensinya, banyak pula pesantren yang kekurangan kuantitas santri bahkan terancam tutup, hal ini terjadi pastinya bukan tanpa sebab.

Sejatinya, segala program yang termuat pada lembaga sekolah islam swasta seperti SIT, SIK atau SIE, hampir keseluruhan sudah dimiliki pondok pesantren dan sudah terlaksana namun belum terpormosi dengan baik, mereka yang tujuannya untuk menarik minat publik melabeli program dengan nama nama unik dan mematik perhatian publik, padahal hakikatnya isi program pendidikannya sama saja.

Seperti Outing Class, Mabit (Malam Bina Iman dan Taqwa), Qiyamullail, Ziyarah Ta'limiyah, Market Day, Family Gathering, Mother Day, Tilawah Day dan banyak lagi program akademik yang sebagian besarnya sudah pernah ada di pondok pesantren.

Mendengar istilah Tilawah Day seakan itu terdengar keren dan menarik, pada hakikatnya hanya kegiatan membaca Al-Qur'an, sesuai dengan makna bahasanya (hari bertilawah) kegiatan seperti ini setiap hari terlaksana di pondok pesantren, begitu juga dengan Mabit, Qiyamullail merupakan sesuatu yang sudah sangat terbiasa di pondok pesantren, karena terlalu sering dilaksanakan maka tidak lagi dianggap sebagai program utama.

Pesantren Harus Berbenah

Lembaga Pesantren harus berbenah dengan memahami situasi dan kondisi pada masa sekarang. Berbenah bukan berarti merubah sistem atau menghapus nilai kepesantren dan kesantrian, namun kepekaan pada perkembangan zaman harus ada, menyajikan pendidikan dan pengajaran kepada santri dengan metode yang menarik.

Pondok pesantren merupakan sekolah kehidupan, perjalanannya tidak hanya berpaku pada pembelajaran formal saja namun juga bertanggung jawab pada pendidikan dan pembinaan santri di lingkungan pesantren, karenanya pondok pesantren harus memiliki standar pendidik bukan hanya memiliki kapasitas ilmu namun juga mampu mengayomi santri, memahami sikologi kejiawaan dan perkembangan anak.

Bagi Pondok Pesantren salah satu sektor yang patut diperhatikan adalah pelayanan wali santri, mereka merupakan patner pendukung berlangsungnya lembaga, harus dilayani dengan komunikasi yang baik dalam artian bukan hanya mengundang bertemu wali santri itu pada saat anak-anak mereka tersandung kasus pelanggaran berat, namun ada hubungan komonikasi kerjasama pada masa berlangsungnya proses pendidikan anak di pondok pesantren.

Fakta yang benar-benar terjadi diberbagai daerah perkotaan, begitu banyak masyarakat lebih memilih sekolah full day school (non pesantren), para orangtua suka rela membayar biaya pendidikan yang sangat mahal dan biaya tidak sebanding dengan biaya pendidikan pesantren.? 

Teknologi semakin pesat, yayasan yang berlabel pendidikan terus bertambah, mentalitas generasi pelajar semakin melemah dan tantangan global bagi ummat islam semakin besar. Pesantren harus peka pada situasi ini.

Posting Komentar untuk "Inilah Lembaga Pesaing Berat Bagi Pondok Pesantren"