Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tantangan Ustad Ustazah Pondok Pesantren

Tantangan Ustad Ustazah Pondok Pesantren

Bekerja atau menjadi pekerja di Pondok Pesantren konsep dasarnya adalah kebesaran jiwa dan keluasan hati, tidak dapat disepadankan dengan konsep kerja perusahaan atau instansi pemerinta karenanya pekerja pesantren dalam literatur kerap disebut dengan istilah pengabdi.

Seorang pengabdi yang menyerahkan hidupnya untuk pesantren, mempersembahkan segala yang dimiliki berupa potensi, tenaga waktu dan fikiran untuk Pondok Pesantren.

Menjadi seorang ustad atau ustazah pesantren dapat dipastikan anda tidak akan mendapatkan kehidupan berbalut kemewahan, bisa membeli barang yang anda inginkan, punya kendaraan mewah atau jalan-jalan ke luar negeri.

"Tutup fikiran anda untuk itu"

Kendatipun tidak dipungkiri bahwa sangat banyak ustad ustazah pesantren yang mendapat peluang menikmati perjalanan ke berbagai negeri bahkan sempat umroh dan berhaji, jalannya melalui Pondok Pesantren.

Itu adalah nikmat yang didapati melalui proses, bukan bersumber dari gaji atau honor yang didapatkan dari pesantren

Tantangan Ustad Ustazah Pondok Pesantren

Dalam artikel ini penulis merangkum berbagai keluh kesah atau yang biasa disebut tantangan terberat yang kerap dialami dan dihadapkan kepada ustad ustazah Pondok Pesantren. Hal ini berhubungan dengan pendapatan dan porsi kerja.

Penulis berusaha menyajikan bahasa sederhana untuk memudahkan pemahaman pembaca.

"Berjasalah tanpa mengharap jasa atau tanpa mengharapkan balasan" selogan ini ditujukan untuk penguatan diri terhadap konsep ikhlas, bukan berarti sama sekali bekerja atau berbuat tanpa berharap dengan hak pendapatan.

Tidak ada yang salah jika ustad atau ustazah pesantren mengharap dibayar atau digaji dari apa yang sudah mereka kerjakan. Mereka butuh hidup dan memenuhi sedikit keinginan terlebih lagi bagi seorang ustad yang sudah berumah tangga memiliki tanggung jawab besar menghidupi isteri dan anaknya.

Dalam hal penggajian ustad ustazah pesantren yang selalu menjadi persoalan adalah penetapan jumlah yang dianggap tidak sepadan dan beban kerja yang tidak merata

Seorang ustad yang bekerja menghabiskan banyak waktu dan setiap harinya menguras energi diberikan pendapatan dengan jumlah tergolong rendah. Selama pendapatan itu dapat mencukupi kebutuhan hidupnya mungkin tidak akan menjadi masalah.

Permasalahan akan tampak jika ustad selainnya diberikan pendapatan lebih dengan porsi kerja yang standar.

Mungkin hal ini sering luput dari perhatian para punggawa pesantren, namun akibatnya sangat berdampak pada kualitas kerja sang ustad yang merasa tidak mendapat keadilan, mungkin ia akan bersuara atau mengutarakan protes jika memiliki keberanian, namun seringnya orang-orang yang berada pada posisi ini lebih memilih diam dan tetap bekerja dengan kualitas seadanya. 

Situasi akan semakin parah jika ternyata ungkapan keluhan sang ustad dianggap sebagai perwujudan sikap tidak ikhlas dan bahkan mungkin dicecar dengan pernyataan "Di Pesantren harus banyak berkorban, berjuang dan lain sebagainya". hal ini akan berpotensi memunculkan konflik berkepanjangan.

Seseorang akan mampu dan kuat menahan dahaga dan rasa lapar jika orang-orang disekelilingnya merasakan hal yang sama, namun jika ternyata hanya dia seorang yang merasakan itu maka kekuatannya akan rapuh dengan mudahnya.

Inilah tantangan terberat yang dialami banyak ustad ustazah pesantren, namun segalanya kembali pada diri pribadi masing-masing.

Posting Komentar untuk "Tantangan Ustad Ustazah Pondok Pesantren"